tag:blogger.com,1999:blog-18289246605057613372024-03-21T20:23:26.079-07:00chuney_nutritionistAll About Gizichuney_nutritionisthttp://www.blogger.com/profile/13561671966057399930noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-1828924660505761337.post-92013047048283255592011-11-08T05:50:00.000-08:002011-11-08T05:50:14.886-08:00Manfaat Menurunkan Berat Badan<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 18px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: #d9ead3;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;"> Tak hanya atlet profesional dan orangtua saja yang dapat mengalami nyeri sendi, orang muda juga dapat mengalaminya. Salah satu nyeri sendi yang paling sering ditemui adalah nyeri sendi lutut. Namun tak perlu cemas, risiko osteoarthritis dapat dikurangi dengan cara mengurangi berat badan.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Di Amerika Serikat, hampir 6,5 juta orang berusia 35 hingga 84 diperkirakan akan mengalami osteoartritis lutut sepuluh tahun ke depan.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">"Diagnosis nyeri sendi lutut dapat diperkirakan jauh hari sebelumnya," kata penulis penelitian, Dr Elena Losina, wakil direktur Pusat Ortopedi dan Arthritis Center for Outcomes Research di Brigham and Women's Hospital di Boston. Dia membandingkan usia saat didiagnosis pada tahun 1990-an dengan usia di tahun 2010-an.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">"Usia rata-rata saat didiagnosis telah bergesar dari 69 tahun ke 56 tahun," katanya seperti dilansir </span><em style="color: #333333; font-size: 13px;">HealthDay.com</em><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">, Senin (7/11/2011). Indikasi ini menunjukkan bahwa nyeri sendi mulai menyerang lebih awal dari usia rata-rata.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Losina menemukan bahwa orang dewasa berusia 45 hingga 54 tahun akan mencapai hampir 5 persen dari semua kasus osteoarthritis lutut di tahun 2010-an, di mana pada 1990-an, usia ini hanya mewakili 1,5 persen pasien OA lutut .</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">"Cedera lutut telah diketahui meningkatkan risiko radang sendi lutut. Dan olahraga tertentu lebih berisiko daripada yang lain," kata peneliti lainnya, Dr Jeffrey Driban, asisten profesor di Tufts Medical Center di Boston.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Dia mereviu beberapa penelitian yang melihat hubungan antara olahraga dan osteoarthritis lutut. Dia berfokus pada 16 penelitian dan kemudian menajamkannya pada 10 penelitian yang melihat osteoarthritis pada atlet dan bukan atlet.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Meskipun tidak ada perbedaan besar dalam jumlah osteoarthritis lutut pada mantan pemain olahraga dan bukan atlet, ia menemukan terdapat risiko yang terkait antara jenis olahraga tertentu dan tingkat partisipasinya.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Pemain sepak bola, baik di tingkat profesional ataupun tidak, memiliki risiko osteoarthritis lutut lebih besar. Begitu pula atlit pelari jarak jauh, atlet angkat besi, dan pegulat. Peningkatan risiko nyeri sendi pada atlet bervariasi dari tiga kali lipat hingga lebih dari enam kali lipat dibandingkan dengan yang bukan atlet.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Bagi yang sudah memiliki osteoarthritis lutut, obat terbaiknya adalah menurunkan berat badan jika memiliki kelebihan berat badan dan olahraga.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Dalam penelitian lain, Dr Stephen Messier dari Wake Forest University menemukan bahwa program diet dan olahraga mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas sebanyak 50 persen pada penderita radang sendi lutut.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Dia menugaskan dan membagi orang dewasa yang mengalami osteoarthritis lutut dalam kelompok untuk menjalani program selama 18 bulan. Satu kelompok hanya melakukan program diet, satu kelompok hanya melakukan olahraga, dan satu kelompok melakukan olahraga dan diet.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">399 orang pria dan wanita yang kelebihan berat badan dengan usia rata-rata 66 tahun berhasil menyelesaikan program ini. Kelompok diet dan olahraga paling banyak kehilangan berat badan, yaitu rata-rata 11,4 persen berat badannya. Kelompok diet-hanya kehilangan 9,5 persen, sedangkan kelompok olahraga hanya kehilangan 2,2 persen.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Ketika membandingkan antara rasa sakit dan mobilitas, kelompok diet dan olahraga melaporkan rasa nyeri lebih sedikit dan memiliki kecepatan berjalan lebih besar daripada kelompok lain.</span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;">Driban menyarankan untuk mengurangi risiko OA lutut dengan melakukan olahraga dengan risiko cedera lutut yang lebih rendah, seperti berenang dan bersepeda. Namun, seorang spesialis kedokteran olahraga agaknya kurang sependapat dengan hal itu.</span><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-size: x-small;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: #d9ead3;">"Tidak ada bukti bahwa olahraga seperti berjalan dapat menyebabkan nyeri sendi pada lutut yang sehat," kata Dr Stephen Nicholas, direktur Institut Nicholas of Sports Medicine dan Trauma Athletic di Lenox Hill Hospital, di New York City. Seperti para ahli lainnya, ia tidak setuju bahwa sekali cedera lutut terjadi, maka risiko seseorang radang sendi lutut meningkat.</span><span style="background-color: #f6fbf7;"></span></span></span>chuney_nutritionisthttp://www.blogger.com/profile/13561671966057399930noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1828924660505761337.post-6530704768057180192011-11-08T05:28:00.000-08:002011-11-08T05:28:25.403-08:00Masalah Gizi di Indonesia<span class="Apple-style-span" style="background-color: white; font-family: 'Cherry Cream Soda'; font-size: 13px; line-height: 18px;"></span><br />
<div class="MsoNormal"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #b6d7a8; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<span class="apple-style-span">A. Gizi Buruk</span><br />
<span class="apple-style-span">Definisi</span><br />
<span class="apple-style-span">Gizi Buruk suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">1. Penyebab terjadinya gizi buruk</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">Orang akan menderita gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang mereka konsumsi, contohnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun karena pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan tubuh.</span><br />
<span class="apple-style-span">Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi.</span><br />
<span class="apple-style-span">Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">2. Penyebab secara langsung antara lain:</span><br />
<span class="apple-style-span">1. Penyapihan yang terlalu dini</span><br />
<span class="apple-style-span">2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau metabolisme lainnya.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">4. Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya</span><br />
<span class="apple-style-span">5. Terdapat masalah pada sistem pencernaan</span><br />
<span class="apple-style-span">6. Adanya kondisi medis tertentu</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">3. Penyebab secara tidak langsung antara lain :</span><br />
<span class="apple-style-span">1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah</span><br />
<span class="apple-style-span">2. Lingkungan rumah yang kurang baik</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Pengetahuan gizi kurang</span><br />
<span class="apple-style-span">4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">4. Gejala-gejala Gizi Buruk</span><br />
<span class="apple-style-span">Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi gizi buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko terjadinya masalah kesehatan secara fisik.</span><br />
<span class="apple-style-span">Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium, kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">5. Gejala Umum Dari Gizi Buruk Adalah :</span><br />
<span class="apple-style-span">1. Kelelahan dan kekurangan energy</span><br />
<span class="apple-style-span">2. Pusing</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)</span><br />
<span class="apple-style-span">4. Kulit yang kering dan bersisik</span><br />
<span class="apple-style-span">5. Gusi bengkak dan berdarah</span><br />
<span class="apple-style-span">6. Gigi yang membusuk</span><br />
<span class="apple-style-span">7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat</span><br />
<span class="apple-style-span">8. Berat badan kurang</span><br />
<span class="apple-style-span">9. Pertumbuhan yang lambat</span><br />
<span class="apple-style-span">10. Kelemahan pada otot</span><br />
<span class="apple-style-span">11. Perut kembung</span><br />
<span class="apple-style-span">12. Tulang yang mudah patah</span><br />
<span class="apple-style-span">13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="background-color: #b6d7a8;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<span class="apple-style-span">6. Tanda – tanda Gizi buruk secara umum</span><br />
<span class="apple-style-span">1. Berat Badan di bawah normal</span><br />
<span class="apple-style-span">2. Rambut pirang. Kering kusam</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Pertumbuhan otak terhambat</span><br />
<span class="apple-style-span">4. Badan nya lemas</span><br />
<span class="apple-style-span">5. Matanya Cekung</span><br />
<span class="apple-style-span">6. Perut buncit</span><br />
<span class="apple-style-span">7. Tidak nafsu makan</span><br />
<span class="apple-style-span">8. Rabun Senja</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">7. Dampak gizi buruk pada anak terutama balita</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.</span><br />
<span class="apple-style-span">2. Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan Rabun Senja</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Daya tahan tubuh Lamah</span><br />
<span class="apple-style-span">4. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.</span><br />
<span class="apple-style-span">5. Zat antibody tidak sempurna</span><br />
<span class="apple-style-span">6. Jika terinfeksi sukar sembuh serta mudah berkomplikasi</span><br />
<span class="apple-style-span">7. Rentan terhadap penyakit TBC</span><br />
<span class="apple-style-span">8. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">8. Indikasi Gizi Buruk</span><br />
<span class="apple-style-span">Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus.</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe:</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">1. kwashiorkor</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">2. marasmus</span><br />
<span class="apple-style-span">3. marasmus-kwashiorkor.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">1. KWASHIORKOR adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">a. Ciri – ciri kwashiorkor :</span><br />
<span class="apple-style-span">• edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab</span><br />
<span class="apple-style-span">• pandangan mata sayu</span><br />
<span class="apple-style-span">• rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok</span><br />
<span class="apple-style-span">• terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel</span><br />
<span class="apple-style-span">• terjadi pembesaran hati</span><br />
<span class="apple-style-span">• otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk</span><br />
<span class="apple-style-span">• terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)</span><br />
<span class="apple-style-span">• sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut</span><br />
<span class="apple-style-span">• anemia dan diare</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">2. MARASMUS</span></span><span class="apple-style-span"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.</span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
<span class="apple-style-span">a. ciri - ciri marasmus :</span><br />
<span class="apple-style-span">• badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit</span><br />
<span class="apple-style-span">• wajah seperti orang tua</span><br />
<span class="apple-style-span">• mudah menangis/cengeng dan rewel</span><br />
<span class="apple-style-span">• kulit menjadi keriput</span><br />
<span class="apple-style-span">• jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar</span><br />
<span class="apple-style-span">• perut cekung, dan iga gambang</span><br />
<span class="apple-style-span">• seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)</span><br />
<span class="apple-style-span">• diare kronik atau konstipasi (susah buang air)</span><br />
<br />
<br />
<span class="apple-style-span">3. Ciri – ciri MARASMUS-KWASHIORKOR</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<span class="apple-style-span">Memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">B. Cara pencegahan</span><br />
<span class="apple-style-span">Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:</span><br />
<span class="apple-style-span">1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun</span><br />
<span class="apple-style-span">2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.</span><br />
<span class="apple-style-span">4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.</span><br />
<span class="apple-style-span">5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">C. Cara Penanggulangan Gizi Buruk</span><br />
<span class="apple-style-span">1. Biasakan makan – makanan gizi yang seimbang</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">2. Mengatur pola makan balita</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Konsumsi Vitamin A seperti susu, ikan goring, hati, sayur hijau, dan kuning</span><br />
<span class="apple-style-span">4. Konsumsi Vitamin B 12 seperti kedelai, telur, keju,daging, tempe, dll</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">4. OBESITAS adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">a. Penyebab</span><br />
<span class="apple-style-span">• Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Aktifitas fisik yang rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)</span><br />
<span class="apple-style-span">• Laju pertumbuhan yang sangat cepat</span><br />
<span class="apple-style-span">• Genetik atau faktor keturunan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Gangguan hormon</span><br />
<span class="apple-style-span">b. Gejala</span><br />
<span class="apple-style-span">• Terlihat sangat gemuk</span><br />
<span class="apple-style-span">• Lebih tinggi dari anak normal seumur</span><br />
<span class="apple-style-span">• Dagu ganda</span><br />
<span class="apple-style-span">• Buah dada seolah-olah berkembang</span><br />
<span class="apple-style-span">• Perut menggantung</span><br />
<span class="apple-style-span">• Penis terlihat kecil</span><br />
<span class="apple-style-span">c. Terdapat 2 golongan obesitas</span><br />
<span class="apple-style-span">• Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat</span><br />
<span class="apple-style-span">d. Resiko/dampak obesitas</span><br />
<span class="apple-style-span">• Gangguan respon imunitas seluler</span><br />
<span class="apple-style-span">• Penurunan aktivitas bakterisida</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kadar besi dan seng rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">e. Penatalaksanaan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan mengubah perilaku makan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Mengatasi gangguan psikologis</span><br />
<span class="apple-style-span">• Meningkatkan aktivitas fisik</span><br />
<span class="apple-style-span">• Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke rumah sakit</span><br />
<span class="apple-style-span">• Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #b6d7a8; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<span class="apple-style-span">5. ANEMIA</span><br />
<span class="apple-style-span">Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">a. Macam-macam anemia</span><br />
<span class="apple-style-span">1. Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.</span><br />
<span class="apple-style-span">2. Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12</span><br />
<span class="apple-style-span">3. Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik atau aplastik</span><br />
<br />
<span class="apple-style-span">1. ANEMIA DEFISIENSI BESI</span><br />
<span class="apple-style-span">• Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen</span><br />
<span class="apple-style-span">• Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.</span><br />
<span class="apple-style-span">a. Ciri</span><br />
<span class="apple-style-span">• Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu</span><br />
<span class="apple-style-span">b. Tanda dan gejala</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)</span><br />
<span class="apple-style-span">• Lemah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Lesu</span><br />
<span class="apple-style-span">• Hb rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Sering berdebar</span><br />
<span class="apple-style-span">• Papil lidah atrofi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Takikardi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Sakit kepala</span><br />
<span class="apple-style-span">• Jantung membesar</span><br />
<span class="apple-style-span">c. Dampak</span><br />
<span class="apple-style-span">• Produktivitas rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">• SDM untuk generasi berikutnya rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">d. Penyebab</span><br />
<span class="apple-style-span">Sebab langsung</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Infeksi penyakit</span><br />
<span class="apple-style-span">Sebab tidak langsung</span><br />
<span class="apple-style-span">• Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah</span><br />
<span class="apple-style-span">Sebab mendasar</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pendidikan wanita rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Ekonomi rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Lokasi ggeografis (daerah endemis malaria)</span><br />
<span class="apple-style-span">e. Kelompok sasaran prioritas</span><br />
<span class="apple-style-span">• Ibu hamil dan menyusui</span><br />
<span class="apple-style-span">• Balita</span><br />
<span class="apple-style-span">• Anak usia sekolah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Tenaga kerja wanita</span><br />
<span class="apple-style-span">• Wanita usia subur</span><br />
<span class="apple-style-span">f. Penanganan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #b6d7a8; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<span class="apple-style-span">6. DEFISIENSI VITAMIN A</span><br />
<span class="apple-style-span">Prevalensi tertinggi terjadi pada balita</span><br />
<span class="apple-style-span">a. Penyebab</span><br />
<span class="apple-style-span">• Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah</span><br />
<span class="apple-style-span">• Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI</span><br />
<span class="apple-style-span">• MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A</span><br />
<span class="apple-style-span">• Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll)</span><br />
<span class="apple-style-span">• Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)</span><br />
<span class="apple-style-span">b. Sifat</span><br />
<span class="apple-style-span">• Mudah teroksidasi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Mudah rusak oleh sinar ultraviolet</span><br />
<span class="apple-style-span">• Larut dalam lemak</span><br />
<span class="apple-style-span">c. Tanda dan gejala</span><br />
<span class="apple-style-span">• Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl d. Tanda hipervitaminosis Akut • Mual, muntah • Fontanela meningkat Kronis • Anoreksia • Kurus • Cengeng • Pembengkakan tulang e. Upaya pemerintah • Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A • Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan) • Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU) • Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU) • Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai usia</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)</span><br />
<span class="apple-style-span">f. Catatan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air</span><br />
<span class="apple-style-span">• Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: #b6d7a8;"><br />
<span class="apple-style-span">7. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)</span><br />
<span class="apple-style-span">• Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.</span><br />
<span class="apple-style-span">• Merupakna masalah dunia</span><br />
<span class="apple-style-span">• Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium</span><br />
<span class="apple-style-span">• Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok</span><br />
<span class="apple-style-span">a. Dampak</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pembesaran kelenjar gondok</span><br />
<span class="apple-style-span">• Hipotiroid</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kretinisme</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kegagalan reproduksi</span><br />
<span class="apple-style-span">• Kematian</span><br />
<span class="apple-style-span">b. Defisiensi pada janin</span><br />
<span class="apple-style-span">• Dampak dari kekurangan yodium pada ibu</span><br />
<span class="apple-style-span">• Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir</span><br />
<span class="apple-style-span">• Terjadi kretinisme endemis</span><br />
<span class="apple-style-span">• Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)</span><br />
<span class="apple-style-span">• Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)</span><br />
<span class="apple-style-span">c. Defisiensi pada BBL</span><br />
<span class="apple-style-span">• Penting untuk perkembangan otak yang normal</span><br />
<span class="apple-style-span">• Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium</span><br />
<span class="apple-style-span">d. Defisiensi pada anak</span><br />
<span class="apple-style-span">• Puncak kejadian pada masa remaja</span><br />
<span class="apple-style-span">• Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki</span><br />
<span class="apple-style-span">• Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan</span><br />
<span class="apple-style-span">e. Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)</span><br />
<span class="apple-style-span">• Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar</span><br />
<span class="apple-style-span">• Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal</span><br />
<span class="apple-style-span">• Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal</span><br />
<span class="apple-style-span">• Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5 meter</span><br />
<span class="apple-style-span">• Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh</span><br />
<span class="apple-style-span">f. Sasaran</span><span class="apple-converted-space"> </span><br />
<span class="apple-style-span">• Ibu hamil</span><br />
<span class="apple-style-span">• WUS</span><br />
<span class="apple-style-span">g. Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium</span><br />
<span class="apple-style-span">• Bayi < 1tahun : 100 mg</span><br />
<span class="apple-style-span">• Balita 1-5 tahun : 200 mg</span><br />
<span class="apple-style-span">• Wanita 6-35 tahun : 400 mg</span><br />
<span class="apple-style-span">• Ibu hamil (bumil) : 200 mg</span><br />
<span class="apple-style-span">• Ibu meneteki (buteki) : 200 mg</span><br />
<span class="apple-style-span">• Pria 6-20 tahun : 400 mg</span><br />
<span class="apple-style-span">8. GAKY tidak berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan geografis</span><br />
<span class="apple-style-span">Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium</span><br />
<span class="apple-style-span">• Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotor</span><br />
<span class="apple-style-span">• Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus</span><br />
<span class="apple-style-span">• Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah), gangguan perkembangan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium</span><br />
<span class="apple-style-span">Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.</span><br />
<span class="apple-style-span">a. Pencegahan/penanggulangan</span><br />
<span class="apple-style-span">• Fortifikasi : garam</span><br />
<span class="apple-style-span">• Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium</span></span> <span style="background-color: white;"></span><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #5648da; font-size: small;"><span style="font-family: 'Comic Sans MS'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #5648da;"><o:p></o:p></span></div>chuney_nutritionisthttp://www.blogger.com/profile/13561671966057399930noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1828924660505761337.post-33317101052864134722011-11-08T04:57:00.000-08:002011-11-08T04:57:51.865-08:00Dasar-dasar EPIDEMIOLOGI<div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Pengertian Epidemiologi Menurut Asal Kata</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti pada atau tentang, demos yang berati penduduk dan kata terakhir adalalah logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">beberapa diantaranya adalah :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a) Greenwood ( 1934)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk.adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b) Brian Mac Mahon ( 1970 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c) Wade Hampton Frost ( 1972 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Mendefinisikan Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang fenomena massal ( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah ( Natural History ) penyakit menular.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d) Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">e) Gary D. Friedman ( 1974 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">f) Abdel R. Omran ( 1974 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">g) Barbara Valanis</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ; demos = people ; logos = science ).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">h) Last ( 1988 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiology is study of the distribution and determinants of health – related states or events in specified population and the application of this study to control of problems.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">i) Elizabeth Barrett</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">j) Hirsch ( 1883 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis – jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">k) Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries in groups of people and with the factors which influence their distribution.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">l) Robert H. Fletcher ( 1991 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">m) Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiology is the description and explanation of the differences in accurence of events of medical concern in subgroup of population, where the population has been subdivided according to some characteristic believed to influence of the event.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">n) Lilienfeld ( 1977 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">o) Moris ( 1964 )</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu penduduk.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Pengertian Epidemiologi Ditinjau Dari Berbagai Aspek</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a) Aspek Akademik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Secara akademik, epidemiologi berarti Analisa data kesehatan, sosial-ekonomi, dan trend yang terjadi untuk mengindentifikasi dan menginterpretasi perubahan-perubahan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b) Aspek Klinik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi yang dilakukan melalui penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal terjadinya epidemi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c) Aspek praktis</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Secara praktis epidemiologi berarti ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau masyarakat umum.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d) Aspek Administrasi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi secara administratisi berarti suatu usaha mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">4. Pengertian Epidemiologi Menurut Center Of Disease Control (Cdc) 2002</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000 menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : “ Studi yang mempelajari Distribusi dan Determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah – masalah kesehatan “. Dari pengertian ini, jelas bahwa Epidemiologi adalah suatu Studi ; dan Studi itu adalah Riset. Kemudian apakah Riset itu…..?? Menurut Leedy (1974), Riset adalah “ a systematic quest for undiscovered truth”. ( Artinya : Pencarian sistematis terhadap kebenaran yang belum terungkap ).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1) Frekuensi masalah kesehatan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2) Penyebaran masalah kesehatan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3) Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">B. SEJARAH EPIDEMIOLOGI</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Penularan penyakit</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">4. Eksprimen pada manusia</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen, yakni :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Mencakup semua penyakit</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Populasi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Pendekatan ekologi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">C. MACAM-MACAM EPIDEMIOLOGI</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Epidemiologi Deskriptif: epidemiologi yang hanya menggambarkan besarnya masalah kesehatan yg terjadi di masyarakat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Epidemiologi Analitik: epidemiologi yang selain menggambarkan besarnya masalah kesehatan, juga mencari faktor yg menyebabkan masalah kesehatan tersebut di masyarakat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ad 1. Epidemiologi Deskriptif</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">• Besarnya masalah kesehatan digambarkan dalam 3 variabel epidemiologi: orang (person), tempat (place) dan waktu (time)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">• Cara menggambarkan masalah kesehatan dapat dalam bentuk: narasi, tabel, grafik atau gambar/peta</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ad 2. Epidemiologi Analitik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">• Epidemiologi analitik selain menggambarkan besarnya masalah dengan 3 variabel epidemiologi juga mencari faktor penyebab masalah kesehatan tsb</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">• Cara mencari faktor penyebab dengan melakukan penelitian</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">D. TUJUAN DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tujuan Epidemiologi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Menguraikan distribusi dan besarnya masalah suatu penyakit dalam masyarakat (Epidemiologi Deskriptif)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Memberikan data untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pencegahan pemberantasan dan pengobatan penyakit, serta menentukan prioritas antara program-program tersebut.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Mencari factor penyebab dan asal mula penyakit. (Epidemiologi analitika)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Penerapan Epidemiologi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Pengamatan Epidemiologi (surveilance epidemiologi): pengamatan akan tanda-tanda akan munculnya wabah di masyarakat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Kegiatan surveilance dilakukan dengan pengumpulan data, kemudian mencatat dan menganalisa akan munculnya kejadian-kejadian penyakit (wabah)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Penelitian Epidemiologi: bersifat lebih mendalam dan mengadakan analisis serta kesimpulan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Penelitian bertujuan mencari faktor penyebab penyakit atau membuktikan hipotesa yang telah dibuat berdasarkan kajian masalah yang telah terjadi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">E. PERANAN EPIDEMIOLOGI</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan factor-faktor penyebab masalah kesehatan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a) Mengidentifikasi factor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b) Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaankesehatan dan mengambil keputusan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c) Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d) Mengembangkan metodelogi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">e) Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">F. RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a) Masalah Kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyatrakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan, dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objekepidemioloh=gi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b) Masalah Kesehatan pada Sekelompok Manusia</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu mengyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabbnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c) Pemanfaatan Data tentang Frekuensi dan Penyebaran Masalah Kesehatan dalam Merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebabnya dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebarannya masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemeduian dilakukan uji statistic, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Epidemiologi Penyakit Menular</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">4. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">5. Epidemiologi Kesehatan Kerja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">6. Epidemiologi Kesehatan Darurat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">8. Epidemiologi Perencanaan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">9. Epidemiologi Prilaku</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">10. Epidemiologi Genetik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">11. Epidemiologi Gizi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">12. Epidemiologi Remaja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">13. Epidemiologi Demografi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">14. Epidemiologi Klinik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">15. Epidemiologi Kausalitas</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">16. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat juga digunakan untuk penyakit non-infeksi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">G. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Pre Patogenesis</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Tahap penyakit dini</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">4. Tahap penyakit lanjut</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">5. Tahap penyakit akhir</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">H. UPAYA PENCEGAHAN DAN UKURAN FREKUENSI PENYAKIT</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Peningkatan kesehatan (health promotion)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a. Mencari kasus sedini mungkin.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat dilakukan langkah-langkah :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1) Menemukan masalah kesehatan, melalui cara : penderita yang datang ke puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2) Research/survei kesehatan. Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3) Studi kasus. Misal : kasus penyakit pasca bencana tsunami.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> PENELITIAN DAN VARIABEL EPIDEMIOLOGI</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a. Non eksperimental :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1) Clinical Trial. Contoh :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">VARIABEL EPIDEMIOLOGI</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">1. Variabel Orang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Umur</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Jenis Kelamin</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Jenis Peketjaan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Pengahasilan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Golongan etik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Status Perkawinan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">2. Variabel Tempat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">3. Variabel Waktu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Jangka Pendek</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Perubahan secara Status</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"> Perubahan-perubahan angka kesakitan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span>chuney_nutritionisthttp://www.blogger.com/profile/13561671966057399930noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1828924660505761337.post-29549401335326151852011-10-29T03:28:00.000-07:002011-10-29T03:28:19.597-07:00Tumpeng SEHAT PUGS<div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: x-small;">Pada tahun 1950-an di Indonesia terkenal konsep pedoman gizi yang disebut 4 sehat 5 sempurna. Konsep tersebut dibuat oleh Bapak Gizi Indonesia yaitu </span><span style="color: black; font-size: x-small;">Prof. Poerwo Soedarmo. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan saat ini disadari bahwa kebutuhan gizi tidak dapat disama ratakan untuk semua orang disetiap usia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebutuhan anak-anak akan berbeda dengan remaja, ibu hamil/ menyusui, maupun lanjut usia.</span></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7V9FmQDeG2D_yZDgrJI6_8chnWSiHrPbfdtlMMFy90ynz4jv15qjpSyefltCMf84iQiTCj5Qq-XX_-ynJfwtR_tIBruX8Yoq5bNUrJJVjWxhD7F6xVY50klWsRtqDKQ-tr2LV4R8sLg0/s1600/4sehat+5+sempurna.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7V9FmQDeG2D_yZDgrJI6_8chnWSiHrPbfdtlMMFy90ynz4jv15qjpSyefltCMf84iQiTCj5Qq-XX_-ynJfwtR_tIBruX8Yoq5bNUrJJVjWxhD7F6xVY50klWsRtqDKQ-tr2LV4R8sLg0/s320/4sehat+5+sempurna.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"></div><span style="color: black; font-size: x-small;"></span><br />
<div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="color: black; font-size: x-small;">Hingga pada tahun 2000-an Depkes mulai memperkenalkan panduan mengenai gizi yang baru, yang disebut dengan "Pedoman Gizi Seimbang (PGS)".</span><span style="color: black; font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Hal ini sesuai dengan adanya perubahan pedoman “Basic Four” di Amerika Serikat—yang merupakan acuan awal 4 Sehat 5 Sempurna pada masa itu—menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”.</span></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: x-small;">Di Indonesia, “Nutrition Guide for Balance Diet” diterjemahkan menjadi “Pedoman Gizi Seimbang” (PGS).</span><span style="color: black; font-size: x-small;"> Tetapi karena kurangnya sosialisasi, maka masih banyak masyarakat yang masih belum mengetahui hal tersebut.</span><span style="color: black; font-size: x-small;"> </span></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="color: black; font-size: x-small;">Pedoman gizi seimbang (PGS) sendiri adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis & jumlah yang sesuai dengan kebutuhan hidup, dengan memperhatikan 4 prinsip yaitu (1) variasi makanan, (2) pentingnya pola hidup bersih, (3) pentingnya pola hidup aktif & olahraga serta (4) memantau berat badan ideal. </span></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="color: black; font-size: x-small;">Untuk isinya sendiri PGS dijabarkan dalam 13 pesan dasar Pedoman Umum Gizi Seimbang:</span></div><ol style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><li><span style="color: black; font-size: x-small;">Makananlah makanan yang beraneka ragam</span></li>
<li><span style="color: black; font-size: x-small;">Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan kecukupan energi</span></li>
<li><span style="color: black; font-size: x-small;">Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Gunakan garam beryodium.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Makanlah makanan sumber zat besi.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan dan tambahkan MP ASI.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Biasakan makan pagi.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Lakukan aktivitas fisik secara teratur.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Hindari minum minuman beralkohol. </span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Bacalah label pada makanan yang dikemas. </span></li>
</ol><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="color: black; font-size: x-small;"> </span></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="color: black; font-size: x-small;">Berbeda dengan konsep 4 Sehat 5 Sempurna yang menyamaratakan kebutuhan gizi semua orang, pedoman gizi seimbang berprinsip bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin, kesehatan & aktifitas fisik memerlukan PGS yang berbeda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut.</span><span style="font-size: x-small;"> </span></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: x-small;">Untuk mempermudah pemahaman mengenai PGS, setiap negara di dunia memiliki visualisasi yang disesuaikan dengan kebudayaan masing-masing. Di Indonesia, prinsip PGS divisualisasi dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang disebut dengan “Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS). </span></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDvrWP3gsCMiGjvqGU_dItjNjEVs7PWVA38RO09DdrKt99c7qWw6KPtz0Noky9e41F0gt1nOazQflKHM-oLPdb0d-b0ulRIRSWsRlzfOW15-jRsnckon5gJ5SBor-sVTZE81_e3dIGbUQ/s1600/clip_image004_smnr.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDvrWP3gsCMiGjvqGU_dItjNjEVs7PWVA38RO09DdrKt99c7qWw6KPtz0Noky9e41F0gt1nOazQflKHM-oLPdb0d-b0ulRIRSWsRlzfOW15-jRsnckon5gJ5SBor-sVTZE81_e3dIGbUQ/s320/clip_image004_smnr.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-family: arial; font-size: x-small;"> <span style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Tumpeng gizi seimbang (TGS) terdiri atas beberapa potongan tumpeng, yaitu : 1 potongan besar, 2 potongan sedang, 2 potongan kecil & di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per hari. Potongan TGS dialasi oleh air putih, artinya air putih merupakan bagian terbesar & zat gizi esensial bagi kehidupan, dalam sehari kebutuhan air putih yang harus dipenuhi minimal adalah 2 liter (8 gelas). </span><br style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><br style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;" /><span style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> Pada potongan tumpeng bagian atas terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat). Karbohidrat dianjurkan dikonsumsi 3-8 porsi/hari. Diatas bagian ini terdapat golongan sayuran (dianjurkan 3-5 porsi/hari) & buah (dianjurkan 2-3 porsi/hari) sebagai sumber serat, vitamin & mineral. Kemudian diatasnya lagi ada golongan makanan sumber protein, yang dibagi menjadi golongan protein nabati & hewani (dianjurkan dikonsumsi 2-3 porsi/hari). Pada puncak tumpeng terdapat golongan minyak, gula & garam yang dianjurkan untuk dikonsumsi seperlunya.</span></span> </div>chuney_nutritionisthttp://www.blogger.com/profile/13561671966057399930noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1828924660505761337.post-55786048078313577492011-10-29T02:07:00.001-07:002011-10-29T02:07:01.384-07:00Definisi Istilah-istilah Epidemiologi<span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span><br />
<div class="post-body entry-content" id="post-body-807597599843199935"><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">1. “Carrier” – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Orang atau binatang yang mengandung bibit penyekit tertentu tanpa menunjukkan gejala klinis yangjelas dan berpotensi sebagai sumber penularan penyakit. Status sebagai “carrier” bisa bertahan dalam individu dalam waktu yang lama dalam perjalanan penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas, (dikenal sebagai carrier sehat atau “asymptomatic carrier”). Bisa juga status “carrier” ini terjadi pada waktu masa inkubasi, pada masa “convalescence” atau sesudah masa “convalescence” dimana disini gejala klinis penyakitnya jelas (dikenal sebagai “carrier” inkubasi atau “concalescence carrier”). Dari berbagai jenis “carrier” diatas, status “carrier” bisa pendek bisa sangat panjang (disebuat sebagai “carrier” sementara atau “transient carrier” atau “carrier” kronis). <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">2. “Case Fataly Rate” - </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">(Angka Kematian Kasus) : Biasanya dinyatakan dalam presentase orang yang didiagnosa dengan penyakit tertentu kemudian meninggal karena penyakit tersebut dalam kururn waktu tertentu. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">3. “Chemoprophylaxis” – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Pemberian bahan kimia termasuk antibiotik yang ditujukan untuk mencegah berkembangnya infeksi atau berkembangnya infeksi menjadi penyakit yang manifes. “Chemoprophylaxis” juga dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit kepada orang lain. Sedangkan “Chemotherapy” dimaksudkan pemberian bahan kimia dengan tujuan untuk mengobati suatu penyakit yang secara klinis sudah manifes dan untuk mencegaj perkembangan penyakit lebih lanjut. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">4. Pembersihan – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Menghilangkan bahan organic atau bahan infeksius dri suatu permukaan dengan cara mencuci dan menggosok menggunakan deterjen atau pembersih vacuum dimana agen infeksi ini kemungkinan tempat yang cocok untuk hidup dan berkembang biak pada permukaan tersebut. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">5. Penyakit Menular – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau melalui lingkungan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">6. Masa Penularan – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Adalah waktu pada saat dimana bibit penyakit mulai ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, dari binatang yang sakit ke manusia atau dari orang yang sakit ke binatang termasuk ke arthropoda. Untuk penyakit tertentu seperti Diptheria dan Infeksi Streptococcus dimana selaput lendir terkena sejak awal masuknya bibit penyakit, maka masa penularannya dihitung mulai dari saat kontak pertama dengan sumber infeksi sampai dengan saat bibit penyakit tidak lagi ditularkan dari selaput lendir yang terinfeksi, yaitu waktu sebelum munculnya gejala prodromal sampai berhentinya status sebagai carrier, jika yang bersagkutan berkembang menjadi carrier. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city> penyakit-penyakit tertentu justru lebih menular pada masa inkubasi dibandingkan dengan pada waktu yang bersangkutan memang benar-benar jatuh sakit (contohnya adalah Hepatitis A, campak). Pada penyakit-penyakit sepeti TBC, kusta, sifilis, gonorrhea dan jenis salmonella tertentu masa penularannya berlangsung lama dan terkadang intermiten pada saat lesi kronis secara terus menerus mengeluarkan cairan yang infeksius dari permukaan atau lubang-lubang tubuh. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="color: red; font-size: 11.5pt;">Untuk penyakit yang ditularkan oleh arthropoda seperti malaria, demam kuning, masa penularannya atau masa infektivitasnya adalah pada saat bibit penyakit ada dalam jumlah cukup dalam tubuh manusia baik itu dalam darah maupun jaringan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi sehingga memungkinkan vector terinfeksi dan menularkannya kepada orang lain. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="color: red; font-size: 11.5pt;">Masa penularan untuk vector arthropoda yaitu pada saat bibit penyakit dapat disemikan dalam jaringan tubuh arthropoda dalam bentuk tertentu dalam jaringan tertentu (stadium infektif) sehingga dapat ditularkan. <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="margin-left: 0.5in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">7. Kontak – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Orang atau binatang sedemikian rupa mempunyai hubungan dengan orang atau binatang yang sakit atau dengan lingkungan yang tercemar yang menyebabkan mereka kemungkinan besar terkena infeksi <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">8. Kontaminasi – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Ditemukannya bibit penyakit dipermukaan tubuh, pakaian, tempat tidur, mainan anak-anak, instrumen, duk atau pada benda-benad lainnya termasuk air dan makanan. </span><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Polusi berbeda dengan kontaminasi, dimana polusi diartikan adanya bahan pencemar dalam jumlah yang berlebihan di dalam lingkungan dan tidak harus berupa agen insfeksius. Kontaminasi permukaan tubuh manusia tidak berati orang tersebut berperan sebagai “carrier”. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">9. Disinfektan – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Upaya untuk membunuh bibit penyakit di luar tubuh manusia dengan menggunakan bahan kimia atau bahan fisis. Disinfektan pada tingkat yang tinggi akan membunuh semua mikro organisme kecuali spora. Diperlukan upaya lebih jauh untuk membunuh spora dari bakteri. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Untuk membunuh spora diperlukan kontak yang lebih lama dengan disinfektan dalam konsentrasi tertentu setelah dilakukan pencucian dengan deterjen secara benar. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Konsentrasi bahan kimia yang diperlukan antara lian Glutaraldehyde 2%, H2O2 6% yang sudah distabilkan, Asam paracetat 1%, paling sedikitnya diberikan minimal 20 menit. Disinfektan pada tingkat menengah tidak membunuh spora. Spora akan mati jika dilakukan pasteurisasi selama 30 menit 75<sup><span style="position: relative; top: -5pt;">o </span></sup>C (167<sup><span style="position: relative; top: -5pt;">o </span></sup>F) atau dengan menggunakan disinfektan yang sudah direkomendasikan oleh EPA. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><u><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Disinfektasi Segera</span></u><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">, adalah disinfektasi yang dilakukan segera setelah lingkungan tercemar oleh cairan tubuh dari orang yang sakit atau suatu barang yang tercemar oleh bahan infeksius. Sebelum dilakukan disinfektasi terhadap barang atau lingkungan maka upayakan agar sesedikit mungkin kontak dengan cairan tubuh atau barang-barang yang terkontaminasi tersebut. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><u><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Disinfektasi Terminal</span></u><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">, adalah upaya disinfektasi yang dilakukkan setelah penderita meninggal, atau setelah penderita dikirm ke Rumah Sakit, atau setelah penderita <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default" style="margin-left: 0.5in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">berhenti sebagai sumber infeksi, atau setelah dilakukan isolasi di Rumah Sakit atau setelah tindakan-tindakan lain dihentikan. Disinfektasi terminal jarang dilakukan; biasanya melakukan pemebersihan terminal sudah mencukupi dilakukan bersama-sama dengan aerasi kamar serta membiarkan sinar matahari masuk kamar sebanya-banyaknya menyinari ruangan tempat tidur dan meja kursi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Disinfektasi hanya diperlukan untuk penyakit yang ditularkan secara tidak langsung; sentralisasi dengan uap atau Insenerasi tempat tidur dan peralatan lain dianjurkan untuk penyakit demam Lassa atau penyakit yang sangat infeksius lainnya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><u><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Sterilisasi, </span></u><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">adalah penghancuran semua bentuk dari bibit penyakit baik dengan cara memanaskan, penyinaran, menggunakan gas (ethylene oksida, formaldehyde) atau denganpemberian bahan kimia. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">10. Disinfestasi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Tindakan yang dilakukan baik fisis maupun kimiawi dengan maksud untuk menghancurkan atau menghilangkan binatang-binatang kecil yang tidak diinginkan khususnya arthropoda atau rodensia yang hadir di lingkungan manusia, binatang peliharaan, dipakaian (lihat Insektisida dan Rodentisida). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="ES" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Disinfestasi termasuk menghilangkan kutu yaitu Pediculus humanus, pada manusia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Synonim dari disinfestsai adalah disinseksi, disinsektisasi jika yang dihilangkan hanya insekta. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">11. Endemis – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Suatu keadaan dimana suatu penyakit atau agen infeksi tertentu secara terus menerus ditemukan disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan sebagai suatu penyakit yang umum ditemukan disuatu wilayah. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Sedangkan <b>Hyperendemis </b>adalah keadaan diman penyakit tertentu selalu ditemukan di suatu wilayah dengan insiden yang tinggi. Dan Holoendemis adalah keadaan dimana suatu penyakit selalau ditemukan di suatu wilayah dengan prevalensi yang tinggi, awalnya menyerang penduduk usia muda dan menimpa sebagian besar penduduk contohnya malaria di daerah tertentu (lihat zoonosis). <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">12. Epidemi (Wabah) - </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Timbulnya suatu penyakit yang menimpa sekelompok masyarakat atau suatu wilayah dengan angka kejadian yang melebihi angka normal dari kejadian penyakit tersebut. Beberapa jumlah penderita untuk bisa dikatakan telah terjadi Epidemi sangat tergantung dari jenis penyakit, jumlah dan tipe penduduk yang tertimpa, pengalaman masa lalau, jarangnya terpajan dengan penyakit tersebut, waktu dan tempat kejadian. Dengan demikian epidemisitas sangat relatif tergantung kepada bagaumana kejadian biasanya dari penyakit tersebut di suatu wilayah yang sama, pada penduduk tertentu pada musim yang sama. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Sebagai contoh satu kasus penyakit tertentu yang lama tidak muncul kemudian tiba-tiba muncul atau suatu kasus penyakit yang sebelumnya belum pernah dikenal, muncul maka segera harus dilakukan penyelidikan epidemiologis dan juika kemudian penyakit tersebut menjadi dua kasus dalam waktu yang cepat di tempat tersebut maka ini sebagai bukti telah terjadi penularan dan dianggap telah terjadi epidemi (lihat laporan suatu penyakit dan zoonosis). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">13. Penyinaran Makanan - </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Teknologi tertentu yang dapat memberikan dosis spesifik dari radiasi pengion dari suatu sumber radio isotope (Cobalt 60) atau dari mesin yang dapat menghasilkan sinar electron atau sinar X. Dosis yang diperlukan untuk penyinaran makanan dan alat-alat : <b>rendah </b>yaitu sekitar 1 kilo Grays (kGy) atau kurang, digunakan untuk sisinfeksi insekta dari buah-buahan, bumbu atau biji-bijian; disinfeksi parasit dari ikan dan daging; <b>medium </b>1 – 10 kGy (biasanya 1-4 kGy), dipakai untuk pasteurisasi dan untuk menghancurkan bakteri dan jamur, dan <b>tinggi </b>10 – 15 kGy, digunakan untuk sterilisasi makanan, peralatan medis dn alat kesehatan (cairan iv, implan, semprit, jarum suntik, benang, klip, jas operasi, duk). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">14. Fumigasi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Proses yang ditujukan untik membunuh binatang tertentu seperti arthropoda dan rodensia dengan menggunakan gas kimia (lihat insektisida dan rodentisida). <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">15. Penyuluhan Kesehatan - </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah suatu proses yang ditujukan kepada individu atau kelompok penduduk agar mereka bisa berperilaku sehat dalam menjaga dan memelihara kesehatan mereka. Penyuluhan kesehatan dimulai dari masyarakat dalam keadaan seperti apa adanya yaitu pandangan mereka selama ini terhadap masalah kesehatan. Dengan memebrikan penyuluhan kesehatan kepada mereka dimaksudkan untuk mengembangkan sikap dan tanggung jawab sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dalam masalah kesehatan. Khusus kaitannya dengan pemberantasan penyakit menular maka penyuluhan kesehatan ditujukan kepada upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit menular, penilaian terhadap perilaku masyarakat yang ada kaitannya dengan penyebaran serta peningkatan frekuensi penyakit menular, pengenalan cara-cara pengobatan (Synonim : pendidikan penderita, pendidikan untuk kesehatan, pendidikan kepada masyarakat, pendidikan kesehatan masyarakat). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">16. Kekebalan Kelompok (Herd inmunixty) – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah kekebalan dari sekelompk orang atau masyarakat. Kemampuan dari sekelompok orang untuk menanngkal invasi atau penyebaran suatu penyakit infeksi jika mereka yang kebal mencapai proporsi yang cukup tinggi di masyarakat. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">17. Pejamu/Tuan Rumah/Inang – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Disebut juga “Host”, hospes ialah orang atau binatang termasuk burung dan arthropoda yang mengandung bibit penyakit tertentu yang didapatkan secara alamiah (bukan sebagai hasil eksperimen). Protozoa dab cacing tertentu mempunyai beberapa oejamu dari spesies binatang yang berbeda dalam stadium perkembangan mereka. Pejamu dimana parasit mencapai maturitas atau melewatkan stadium seksual mereka disebut sebagai pejamu perimer atau pejamu difinitif, sedangkan pejamu dimana parasit melewatkan stadium larva atau stadium asexual disebuet sebagai pejamu sekunder atau pejamu intermediair. Pejamu perantara (transport host) adalah “carrier” dimana organisme bertahan hidup tetapi tidak mengalamui perkembangan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">18. Individu Yang Kebal – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Orang atau binatang yang memiliki antibody spesifik dan atau memiliki antibody seluler akibat infeksi atau pemberian imunisasi yang dialami sebelumnya. Atau suatu kondisi sebagai akibat pengalaman spesifik sebelumnya sebagai suatu respons sedemikian rupa yang mencegah berkembangnya penyakit terhadap reinfeksi dari bibit penyakit tertentu. Tingkat imunitas seseorang sangat relatif; tingkat perlindungan tertentu mungkin cukup kuat terhadap infeksi yang biasanya tetapi tidak mencukupi untuk infeksi yang berat atau infeksi yang melewati <i>“Port d’entre” </i>yang tidak biasanya; Daya lindung juga berkurang pada pemberian pengobatan “immumosuppressive” atau karena menderita penyakit lain dan proses ketuaan (lihat Resistensi). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">19. Imunitas – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Kekebalan yang dikaitkan dengan adanya antibody atau sel yang mempunyai tanggap kebal terhadap mikro organisme dari penyakit infeksi tertentu atau terhadap toksinnya. Kekeblan yang efektif meliputi <i>kekebalan seluler </i>berkaitan dengan sentisisai T-Lymphocite dan atau <i>imunitas humoral </i>yang didasarkan kepada reaksi B-Lymphocite. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><i><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Kekebalan Pasif </span></i><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">di dapat baik secara alamiah maupun didapat dari ibu melalui ari ari, atau didapat secara buatan dengan memberikan suntikan zat kebal (dari serum binatang yang sudah dikebalkan, serum hiperium dari orang yang baru sembuh dari penyakit tertentu atau “human immune serum globulin”; kekebalan yang diberikan relatif pendek (beberapa hari atau beberapa). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><i><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Imunitas humorial aktif, </span></i><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">hilang setelah beberapa tahun yang didapat baik secara alamiah karena infeksi dengan atau tanpa gejala klinis atau diperoleh secara buatan dengan menyuntikkan agen infeksi yang sudah dibunuh atau dilemahkan atau dalam bentuk vaksinnya ke dalam tubuh manusia. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">20. Infeksi yang tidak kelihatan (Inapparent Infection) – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah terjadinya infeksi pada pejamu tanpa disertai dengan gejala klinis yang jelas. Infeksi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium seperti melalui pemeriksaan darah, skin test (Synonim; asymptomatik, subklinis, “occult infection”) <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">21. Angka Insidensi (Incidence Rate) – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada periode waktu tertentu, tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjanngkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000 dtau per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini bisa diberlakukan bagi umur tertentu, jenis kelamin tertentu atau karakteristik spesifik dari penduduk. (lihat Angka morbiditas, Angka Prevalensi). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">“Attack rate” </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">atau <b>“Case Rate” </b>adalah proporsi yang menggambarkan insidensi kumulatif dari kelompok tertentu, yang diamati dalam waktu yang terbatas dalam situasi tertentu misalnya pada waktu terjadi kejadian luar biasa atau wabah. Dinyatakan dalam prosentase (jumlah kasus per 100 penduduk). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Sedangkan <b>“Attack rate” Sekunder </b>adalah jumlah penderita baru yang terjadi dalam keluarga atau institusi dalam periode masa inkubasi tertentu setelah terjadi kontak dengan kasus primer, dihubungkan dengan total keseluruhan kontak; deniominatornya/penyebutnya bisa terbatas hanya kepada kontak yang rentan saja jika hal ini diketahui dengan jelas. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Angka Infeksi </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">adalah proporsi yang menggambarkan insidensi dari semua infeksi yang terjadi baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">22. Masa Inkubasi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Yaitu interval waktu antara kontak awal dengan bibit penyakit dan awal munculnya gejala penyakit yang dikaitkan dengan infeksi tersebut. Didalam tubuh vector adalah waktu antara msauknya mikro organisme ke dalam tubuh vector dan waktu dimana vector tersebut mampu menyebarkan penyakit (<b>Masa Inkubasi Ekstrinsik). </b><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Waktu antara orang terpajan dengan parasit sampai ditemukannya parasit tersebut dalam darah atau feces dinamakan <b>masa percobaan. <o:p></o:p></b></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">23. Orang yang terinfeksi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Seseorang atau binatang yang mengandung bibit penyakit baik dia menunjukkan gejala klinis maupun tidak (lihat pasien atau orang sakit), atau infeksi yang tidak kelihatan (lihat Carrier). Orang atau binatang yang infeksius adalah dari mana bibit penyakit secara alamiah bisa didapat. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">24. Infeksi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang. Infeksi tidak sama dengan penyakit infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak kelihatan) mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di permukaan tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah disebut sebagai kontaminasi (lihat infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">25. Agen Infeksius – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing) yang bisa menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi. <b>Infektivitas </b>menunjukkan kemampuan dari agen infeksius untuk masuk, hidup dan berkembang biak di dalam tubuh pejamu; Tingkat infeksius adalah tingkat kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari satu pejamu ke pajamu lain <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">26. Penyakit Infeksius – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Penyakit pada manusia atau binatang yang manifes secara klinis sebagai akibat dari infeksi (lihat infeksi) <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">27. Infestasi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan berkembang biakanya arthropoda di permukaan tubuh manusia atau di pakaian. Sedangkan tempat atau peralatan yang terinfestasi adalah apabila alat atau tenpat tersebut memberikan tempat berteduh bagi arthropoda atau rodensia. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">28. Insektisida - </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta, pemakaiannya bisa dalam bentuk tepung, cairan, cairan yang dibuat menjadi pertikel, aerosol, disemprotkan baik yang menggunakan residu maupun tidak. Sedangkan <b>Larvasida </b>istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang dipakai untuk bahan kimia yang digunakan untuk membunuh bentuk dewasa dari arthropoda. Istilah Insektisida kerap dipakai untuk membunuh kutu dan agas. Istilah-istilah lain seperti lousisida, mitisida juga kadang-kadang dipakai. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">24. Infeksi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang. Infeksi tidak sama dengan penyakit infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak kelihatan) mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di permukaan tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah disebut sebagai kontaminasi (lihat infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">25. Agen Infeksius – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing) yang bisa menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi. <b>Infektivitas </b>menunjukkan kemampuan dari agen infeksius untuk masuk, hidup dan berkembang biak di dalam tubuh pejamu; Tingkat infeksius adalah tingkat kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari satu pejamu ke pajamu lain <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">26. Penyakit Infeksius – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Penyakit pada manusia atau binatang yang manifes secara klinis sebagai akibat dari infeksi (lihat infeksi) <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">27. Infestasi – </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan berkembang biakanya arthropoda di permukaan tubuh manusia atau di pakaian. Sedangkan tempat atau peralatan yang terinfestasi adalah apabila alat atau tenpat tersebut memberikan tempat berteduh bagi arthropoda atau rodensia. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">28. Insektisida - </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta, pemakaiannya bisa dalam bentuk tepung, cairan, cairan yang dibuat menjadi pertikel, aerosol, disemprotkan baik yang menggunakan residu maupun tidak. Sedangkan <b>Larvasida </b>istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang dipakai untuk bahan kimia yang digunakan untuk membunuh bentuk dewasa dari arthropoda. Istilah Insektisida kerap dipakai untuk membunuh kutu dan agas. Istilah-istilah lain seperti lousisida, mitisida juga kadang-kadang dipakai. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span style="color: red; font-size: 11.5pt;">Rekomendasi yang diberikan untuk isolasi penderita yang ada pada seksi 9B2 untuk tiap-tiap penyakit my be allude terhadap metode yang direkomendasikan oleh CDC (<i>CDC Guideline for Isolation Precaution in Hospital) </i>merupakan “category specific isolation precaution” sebagai tambahan terhadap “Universal Precaution” yang didasarkan kepada cara-cara penularan penyakit tertentu. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span style="font-size: 11.5pt;">1. Isolasi ketat; </span></b><span style="font-size: 11.5pt;">kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak lanngsung. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span style="color: red; font-size: 11.5pt;">Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi mereka yang keluar masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Ventilasi ruangan tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">2. Isolasi kontak; </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang serius, untuk penyakit-penyakityang terutama ditularkan secara langsung sebagai tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita, lab jas diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">3. Isolasi pernafasan; </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita, lab jas dan sarung tangan tidak diperlukan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">4. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA); </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang dibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan sarung tangan atidak diperlukan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">5. Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie; </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak langsung melalui tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, perlu disediakan ruangan khusus bagi penderita yang hygiene perorangannya jelek. Masker tidak diperlukan jika ada kecenderungan terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang terkontaminasi. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">30. Moluskasida – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Bahan kimia yang dipakai untuk membunuh keong dan mollusca lainnya. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">31. Angka Kesakitan – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah angka insidensi (q.v) yang dipakai untuk menyatakan jumlah keseluruhan orang yang menderita penyakit yang menimpa sekelompok penduduk pada periode waktu tertentu. Sekelompok penduduk bisa mengacu pada jenis kelamin tertentu, umur tertentu atau yang mempunyai cirri-ciri tertentu. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">32. Angka Kematian – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Angka yang perhitungannya sama dengan perhitungan angka insidensi yaitu pembilangnya (Numerator) adalah jumlah mereka yang mati pada periode waktu tertentu yang menimpa sekelompok penduduk, biasanya dalam satu tahun, sedangkan penyebutnya (Denominator) adalah jumlah orang yang mempunyai resiko mati pada paeriode yang sama. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Angka Kematian Kasar </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">dinyatakan dalam seluruh kematian oleh karena semua sebab, biasanya kematian per 1000 penduduk. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Angka Kematian Spesifik </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">untuk penyakit tertentu adalah jumlah kematian oleh sebab penyakit tertentu saja, biasanya terhadap 100.000 penduduk. Penduduk bisa dirujuk berdasarkan umur, jenis kelamin atau cirri-ciri lainya. Angka kematian ini jangan disalah artikan dengan Angka Fatalitas/case fatality Rate (q.v), (Synonim : Angka Mortalitas). <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">33. Infeksi Nosokomial – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Infeksi yang terjadi pada pnederita yang sedang dirawat di Rumah Sakit dimana infeksi ini belum ada pada waktu penderita masuk ke Rumah Sakit; atau infeksi residual pada waktu dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. Termasuk juga infeksi yang muncul setelah penderita keluar Rumah Sakit, dan juga infeksi yang mengenai staf dan fsailitas Rumah Sakit (synonym : infeksi yang didapat di Rumah Sakit) <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">34. Patogenisitas – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">adalah kemampuan yang dimiliki oleh bibit penyakit untuk membuat orang menjadi sakit, atau untuk membuat sekelompok penduduk yang terinfeksi menjadi sakit. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">35. Penderita atau Orang Sakit – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">adalah orang yang menderita suatu penyakit. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">36. Higiene Perorangan – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Dalam bidang peberantasan penyakit menular maka upaya untuk mellindungi diri terhadap penyakit menjadi tanggung jawab individu dalam menjaga kesehatan mereka dan mengurangi penyebaran penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Upaya – upaya yang dapat dilakukan oleh setiap orang adalah : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">1. Selalu mencuci tangan setelah kencing dan buang air besar dan sebelum makan dan minum <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">2. jauhkan tangan dan peralatan yang kotor atau barang-barang lain yang dipakai untuk keperluan WC dari mulut, hidung, mata, telinga, alat kelamin dan luka <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">3. Hindari pemakaian alat-alat untuk makan dn minum tidak bersih begitu juga hindari pemakaian handuk, saputangan, sisir, sikat rambut dan pipa rokok yang kotor. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">4. jauhi percikan dari orang lain pada saat mereka batuk, bersih, tertawa atau berbicara. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">5. Cuci tangan setelah menyentuh penderita dan memegang barang-barang milik penderita <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">6. Jaga kebersihan tubuh dengan setiap saat mandi secara teratur dengan air bersih dn sabun. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">37. Angka Prevalensi - </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu (<b>Point Prevalence), </b>atau pada periode waktu tertentu (<b>Period Prevalence), </b>tanpa melihat kapan penyakit itu mulai dibagi dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko tertimpa penyakit pada titik waktu tertentu atau periode waktu tertentu. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">38. Karantina – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Pembatasan aktivitas yang ditujukan terhadap orang atau binatang yang telah kont ak dengan orang/binatang yang menderita penyakit menular pada masa penularan (lihat Kontak). Tujuannya adalah untuk mencegah penularan penyakit pada masa inkubasi jika penyakit tersebut benar-benar diduga akan terjadi. Ada dua jenis tindakan karantina yaitu : <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">1. Karantina Absolut atau Karantina Lengkap : </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">ialah pembatasan ruang gerak terhadap mereka yang telah terpajan dengan penderita penyakit menular. Lamanya pembatasan ruang gerak ini tidak lebih dari masa inkubsai terpajang penyakit menular tersebut. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mencegah orang ini kontak dengan orang-orang lain yang belum terpajan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">2. Karantina yang dimodifikasi : </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Suatu tindakan selektif berupa pembatasan gerak bagi mereka yang terpajan dengan penderita penyakit menular. Biasanya pertimbangannya adalah perkiraan terhadap adanya perbedaan tingkat kerentanan terhadap bahaya penularan. Modifikasi ini dilakukan untuk menghadapi situasi tertentu. Sebagai contoh misalnyamelarang anak-anak tertentu masuk sekolah. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Pengecualian terhadap anak-anak yang sudah dianggap kebal terhadap tindakan-tindakan tertentu yang ditujukan kepada anak-anak yang rentan. Pembatasan yang dilakukan terhadap annggota militer pada pos-pos atau asrama-asrama militer. Kegiatan karantina yang dimodifikasi meliputi : <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">- <b>Surveilans Individu, </b>yaiut pengamatan medis yang ketat dilakukan terhadap individu yang diduga terpajan dengan sumber penyakit agar timbulnya gejala penyakit dapat segera diketahui tanpa membatasi ruang gerak mereka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">- <b>Segregasi, </b>yaitu pemisahan sebagian kelompok (orang atau binatang) dari induk kelompoknya dengan tujuan dan pertimbangan khusus agar dapat dilakukan pengamatan dengan baik; pemisahan anak-anak yang rentan dari anak-anak yang sudah kebal; pembuatan perbatasan penyangga yang sanitair untuk melindungi mereka yang belum terinfeksi dari mereka yang sudah terinfeksi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">39. Repelan – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">adalah bahan kimia yang digosokkan di kulit, pakaian atau tempat lain dengan maksud : <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">1. Mencegah serangga menggigit/menyerang <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">2. Mencegah larva cacing masuk melalui kulit <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">40. Pelaporan Penyakit – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah laporan resmi yang ditujukan kepada pejabat kesehatan yang berwenang yang berisikan kejadian penyakit yang menimpa orangatau binatang. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Penyakit yang menimpa manusia dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat sedangkan penyakit yang menyerang binatang/ternak dilaporkan kepada Dinas Pertanian/Dinas Peternakan. Sedangkan penyakit-penyakit hewan tertentu (200 jenis) yang juga menyerang hewan maupun manusia dilaporkan baik kepada Dinas Kesehatan maupun Dinas Pertanian/Dinas Peternakan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Pejabat Kesehatan yang berwenang akan menrbitkan daftar dari penyakit-penyakit yang harus dilaporkan sesuai dengan keperluan (lihat Pelaporan Penyakit Menular). <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="margin-left: 27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Laporan penyakit ini juga meliputi penyakit-penyakit yang diduga mempunyai arti penting dalam bidang kesehatan masyarakat, biasanya penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan investigasi atau yang memerlukan tindakan pemberantasan tertentu jika seseorang mendapatkan infeksi dri daerah tertentu sedangkan laporan penyakitnya dilaporkan di daerah lain, maka pejabat kesehatan yang menerima laporan kasus tersebut hendaknya memberitahukan pejabat kesehatan dari daerah dimana infeksi tersebut didapat. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Hal ini penting dilakukan terutama jika diperlukan pemeriksaan kontak (contact person), pemeriksaan makanan atau jika diperlukan pemeriksaan air atau brang-barang lain yang diduga sebagai sumber infeksi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Notifikasi ini diperlukan tidak hanya terhadap penyakit-penyakit yang rutin harus dilaporkan tetapi juga terhadap penyakit-penyakit yang timbul KLB/Wabah walaupun penyakit tersebut tidak masuk dalam daftar penyakit yang wajib dilaporkan (lihat Wabah). Pelaporan khusus yang diperlukan dalam IHR (International Health Regulation) tercantum dalam Pelaporan Penyakit Menular. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">41. Reservoir (dari penyakit infeksi) – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Setiap orang, binatang, arthropoda, tumbuh-tumbuhan, tanah atau barang-barang (atau kombinasi dari keduanya) dimana bibit penyakit biasanya hidup dan berkembang biak serta hiduonya sangat tergantung pada inang tempatnya menumpang. Bibit penyakit tersebut biak sendemikian rupa sehingga dapat ditularkan kepada inang lain yang rentan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">42. Resistensi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Merupakan Resultante dari mekanisme tubuh yang dapat menghalang-halangi atau mencegah invasi, multipliksi dari bibit penyakit kedalam tubuh atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh racun yang dikelurkan oleh bibit penyakit. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Resistensi Inheren – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah kemapuan tubuh bertahan terhadap serangan bibit penyakit yang tidak tergantung kepada kekebalan spesifik baik humoral maupun seluler; daya tahan ini biasanya daladm bentuk struktur anatomis dan fisiologis yang menjadi cirri individu yang didapatkan secara genetis baik yang bersifat permanen ataupun temporer (lihat Imunitas) (Synonim : Imunitas nonspesifik) <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">43. Rodentisida – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Suatu bahan kimia yang dipergunakan untuk membunuh rodensia, umumnya setelah ditelan oleh rodensia tersebut. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">44. Sumber Infeksi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Orang, binatang, barang/bahan dari mana bibit penyakit ditularkan pada orang lain. Sumber infeksi harus dibedakan dengan <b>Sumber Kontaminasi </b>yaitu sebagai contoh septic tank yang meluap mencemari sumber air atau juru masak yang terinfeksi mencemari salad yang disajikan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">45. Surveilans Penyakit – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Berbeda dengan surveilans terhadap manusia (lihat Karantina 2), surveilans penyakit adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melihat seluruh aspek dari muncul dan menyebarnya suatu penyakit agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif. </span><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">Didalamnya meliputi pengumpulan secara sistematik dan evaluasi dari : <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="ES" style="color: red; font-size: 11.5pt;">1. Laporan Kesakitan dan Kematian <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="ES" style="color: red; font-size: 11.5pt;">2. Laporan khusus dari hasil investigasi atau dari kasus perorangan <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="ES" style="color: red; font-size: 11.5pt;">3. Isolasi dan identifikasi dari bahan infeksius oleh laboratorium. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="ES" style="color: red; font-size: 11.5pt;">4. Data tentang ketersediaan dan pemakaian serta dampak dari pemakaian vaksin dan toxoids, globulin imun, insektisida dan bahan-bahan yang digunakan dalam pemberantasan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">5. Informasi yang berkaitan dengan tingkat imunitas dari segmen masyarakat tertentu. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">6. Data epidemiologis yang dianggap relevan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Laporan yang berisikan rangkukman dari data-data diatas hendaknya dibuat dan disebar luaskan kepada mereka yang membutuhkan yang ingin mengetahui hasil dari kegiatan surveilans. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span lang="ES" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Prosedur diatas berlaku umum di semua tingkatan secara local maupun internasional. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">Surveilans Serologis – </span></b><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">Kegiatan yang mengidentifikasikan pola infeksi masa lalu dan sampai saat ini dengan menggunakan pemeriksaan serologis. <o:p></o:p></span></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">46. Susceptible (Rentan) – </span></b><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">Seseorang atau binatang yang tidak memiliki daya tahan yang cukup untuk melawan bibit penyakit tertentu untuk mencegah dirinya tertulari jika mereka terpajan dengan bibit penyakit tersebut. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">47. Tersangka – </span></b><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">Tersangka dalam pemberantasan penyakit menular dimaksudkan adalah kesakitan yang diderita seseorang dimana gejala dan perjalanan penyakitnya megidentifikasikan bahwa mereka kemungkinan menderita sesuatu penyakit menular tertentu. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">48. Penularan Penyakit Infeksi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Mekanisme dimana penyakit infeksi ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut : <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">1. Penularan Langsung; </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter) <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">2. Penularan Tidak Langsung </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">a. Penularan Melalui Alat – Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk; air, makanan, susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang/binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai. <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut sebelum ditularkan kepada orang/binanat yang rentan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">b. Penularan Melalui Vektor – (i) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan serangga. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan. (ii) Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi/multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-duanya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">(“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga kepada orang/binatang lain. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif. Bibit penyakit bisa ditularkan secara vertical dari induk serangga kepada anaknya melalui telur (“transovarium transmission”); atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi dari satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit didalam tubuh serangga dari bentuk nimfe ke serangga dewasa. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya waktu menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini bukanlah cara penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan penyakit dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">3. Penularan Melalui Udara – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya saluran pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara dalam waktu yang lama sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang kehilangan virulensinya. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah masuk kedalam alveoli dan tertahan disana. <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan melalu udara (airborne); (lihat Penularan Langsung) <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">a. “Droplet Nuclei” – Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan percikan yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau secara tidak sengaja terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan, di tempat perawatan tanaman atau di kamr otopsi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">Biasanya “Droplet Nuclei” ini bertahan cukup lama di udara. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span lang="SV" style="color: red; font-size: 11.5pt;">b. Debu – Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari pakaian, dari tempat tidur atau kutu yang tercemar. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 1in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">49. Kewaspadaan Universal - </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">(lihat di bawah judul isolasi), merupakan kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">50. Virulensi – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Adalah tingkat patogenisitas dari bibit penyakit yang digambarkan dengan “Case Fatality Rate” dan atau dengan kemampuan dari bibit penyakit menembus dan merusakkan jaringan tubuh dari inang. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><br />
</span></div><div class="MsoBodyText2" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">51. Zoonosis – </span></b><span lang="SV" style="font-size: 11.5pt;">Infeksi atau penyakit infeksi yang ditularkan secara alamiah oleh binatang bertulang belakang (vertebrata) kepada manusia. </span><span lang="ES" style="font-size: 11.5pt;">Dia bisa termasuk golongan enzootic atau epizootic (lihat Endemi dan Epidemi). </span></span></div></div>chuney_nutritionisthttp://www.blogger.com/profile/13561671966057399930noreply@blogger.com0